Blogger templates

Minggu, 21 Oktober 2012

Wayang- Indonesia Punya

Indonesia kaya akan budaya, salah satunya adalah wayang. Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa.
Berikut ini adalah beberapa tokoh wayang di cerita Ramayana:

Wibisana


Nama lain : Harya Balik
Ayah : Begawan Wisrawa
Ibu : Dewi Sukesi
Anak : Dewi Trijatha dan Raden Bisawarna
Tempat : Alengka
Wibisana sangat berbudi luhur dan membela keadilan dan kebenaran.
Oleh sebab itu dia meninggalkan kakaknya Rahwana untuk memihak Sri Rama karena melihat bahwa kakaknya salah dan keblinger, bertindak tidak adil dan mau menang sendiri.

Rahwana Sang Angkara Murka


Inilah aku, si angkara murka. Sebutkan jenis kejahatan yang kalian ketahui. Aku pasti sudah melakukan semuanya.
Mungkin sebentar lagi aku akan melepas nyawa. Atau terjepit abadi tertimpa Gunung Suwela. Sungguh tak bisa kulawan pusaka Guwawijaya, bahkan dengan Pancasona yang bertahun-tahun menggetarkan jagat raya. Tapi aku puas dengan segala lelakon hidupku. Membuat kekacauan di pelbagai pelataran. Aku bisa tertawa sambil melepaskan nyawa.

Learning about King Ravana


Emperor Ravana lived about 5000 years ago in Sri Lanka. As a buddhist ravana was vegetarian and worshiped Kashyapa Buddha. His kingdom was Lankapura and queen was Mandodari King’s children were known as Upendraminika (son) and Sohili (daughter). According to Ramayana, the emperor Ravana was assassinated by Rama. But referring ola manuscripts, rock inscriptions and folklore of Sri Lanka, Ravana was not died at war. He was not to killed by any other common person as Dasis Ravana represented a soul of a bodhisattva. The emperor had many names as he ruled many countries. Ravanna, rabanan, ravanan, dasis, ravan, ravula are some of them.

Ravana is a hero for Sinhala nationalists


PK Balachandran, Hindustan Times
Colombo, September 23, 2007
The Ramayana is not part of the mainstream Sinhala religious and cultural tradition in Sri Lanka, because Buddhism has been the religion of the majority of Sinhalas for long. But ancient Sinhala works like Rajavaliya and Ravanavaliya identify Ravana as a Sinhala king and extol him as a great one.
In modern Sri Lanka, there has been a movement to revive Ravana as a cult figure, who represents Sinhala or Sri Lankan nationalism because he was among the first in the island’s history to have resisted an alien/Indian invader. Ravana’s ten heads represent the ten crowns he wore as a result of his being the sovereign of ten countries.

Jatasura


Jatasura berwujud harimau yang mempunyai rambut di lehernya. Karena ketekunannya bertapa, ia menjadi sangat sakti dan dapat mengerti bahasa manusia. Jatasura mempunyai saudara sepeguruan bernama Maesasura, raksasa berkepala kerbau. Ketika Maesasura menjadi raja di negara Gowa Kiskenda, Jatasura diangkat menjadi senapati perangnya, disamping patih Lembusura (raksasa berkepala sapi) dan Diradasura (raksasa berkepala gajah).

Jembawan

Jembawan adalah putra Resi Pulastya dari pertapan Grastina. Ia menjadi pengasuh Subali/Guwarsi, putra Resi Gotama dengan Dewi Indradi/Windradi. Dalam peristiwa rebutan Cupumanik Astagina, Jembawan ikut terjun kedalam telaga Sumala dan berubah wujud menjadi kera.

Indradi

Dewi Indradi / Windradi adalah bidadari kahyangan Kaideran, keturunan Bathara Asmara. Oleh Bathara Guru ia dianugerahkan kepada Resi Gotama, brahamana dari pertapaan Erraya/Grastina karena banyak jasanya kepada Dewata. Pada saat perkawinannya, Bathara Surya memberinya hadiah pusaka Kadewatan berupa Cupumanik Astagina dengan pesan agar disimpan dengan sangat rahasia.

Jamadagni


Jamadagni adalah putra brahmana Ricika/Wisanggeni, putra Maharsi Brigu (Dewatama) dari pertapaan Jatisrana, dengan Dewi Setiawati, putri Prabu Gadi raja negara Kanyakawaya. Ia mempunyai saudara kandung bernama Swandagni yang menjadi brahmana di pertapaan Ardisekar.

Kumba-Kumba


Ditya Kumba-Kumba adalah putra sulung Arya Kumbakarna dengan Dewi Aswani. Ia mempunyai seorang adik laki-laki bernama Aswanikumba. Kumbakumba tinggal berasama orang tuanya di kesatrian/negara Leburgangsa, wilayah negara Alengka.

Kumbakarna


Arya Kumbakarna adalah putra kedua Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, raja negara Alengka. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung bernama; Dasamuka/Rahwana, Dewi Sarpakenaka dan Arya Wibisana. Kumbakarna juga mempunyai saudara lain ibu bernama Wisrawana/Prabu Danaraja raja negara Lokapala, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati.

Lawa & Kusya

Lawa & Kusya adalah putra kembar, putra Prabu Ramawijaya, raja negara Ayodya dengan Dewi Sinta. Menurut Kitab Mahabharata, mereka lahir di pertapaan Wismaloka tempat tinggal Resi Walmiki.

Maesasura

Prabu Maesasura adalah raja negara Guwa Kiskenda. Ia berwujud raksasa berkepala kerbau. Prabu Maesasura mempunyai seorang patih yang bernama Lembusura, raksasa berkepala sapi. Prabu Maesasura sangat sakti karena mempunyai saudara seperguruan bernama Jatasura, seekor harimau yang memiliki rambut gimbal di lehernya. Prabu Maesasura dan Jatasura seolah-olah dua jiwa yang satu, artinya ; keduanya tidak dapat mati, apabila hanya satu dari mereka yang tewas.

Pulasta

Resi Pulasta adalah putra Resi Wasista, keturunan Bathara Sambodana, putra Bathara Sambu. Ayahnya, Resi Wasista merupakan kakak kandung Prabu Danurdana, raja negara Lokapala. Resi Pulasta menikah dengan Dewi Padmarini, seorang hapsari dan mempunyai seorang putra bernama Supadma/Resi Supadma yang menjadi brahmana di pertapaan Hargajembatan.

Ramaparasu


Ramaparasu adalah putra bungsu dari lima bersaudara lelaki, putra Prabu Jamadagni raja negara Kanyakawaya yang kemudian hidup sebagai brahmana di pertapaan Dewasana. Ibunya bernama Dewi Renuka, putri Prabu Prasnajid. Ramaparasu adalah seorang brahmancari/tidak kawin, karena sangat menggemari olah kejiwaan. Ia juga menekuni olah kesaktian dan olah keprajuritan hingga menjadi sangat sakti. Ramaparasu berperawakan birawa/gagah perkasa, mempunyai pusaka berwujud busur beserta anak panahnya yang luar biasa besarnya dan bernama Bargawasta (panah Sang Bargawa).

Renuka

Dewi Renuka adalah putri Prabu Prasnajid. Ia menikah dengan Prabu Jamadagni, raja negara Kanyakawaya, putra brahmana Ricika dengan Dewi Setyawati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh lima orang putra lelaki, dan putra bungsunya bernama Ramaparasu.

Sugriwa


Sugriwa dikenal pula dengan nama Guwarsa (pedalangan). Ia merupakan putra bungsu Resi Gotama dari pertapaan Erraya/Grastina dengan Dewi Indradi/Windardi, bidadari keturunan Bathara Asmara. Sugriwa mempunyai dua orang saudra kandung masing-masing bernama : Dewi Anjani dan Subali.

Sukrasana


Sukrasana berwujud raksasa kerdil/bajang. Ia putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan permaisuri Dewi Darini, seorang hapsari keturunan Bathara Sambujana, putra Sanghyang Sambo. Ia mempunyai seorang kakak bernama Bambang Sumantri, yang berwajah sangat tampan.

Sumantri


Bambang Sumantri adalah putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan permaisuri Dewi Darini, seorang hapsari/bidadari keturunan Bathara Sambujana, putra Sanghyang Sambo. Ia mempunyai seorang adik bernama Bambang Sukasarana/Sukrasana, berwujud raksasa kerdil/bajang.

Sumitra


Dewi Sumitra dikenal pula dengan nama Dewi Priti. Ia putri dari Bathara Hira/Prabu Ruryana, raja negara Maespati, yang berarti cucu Prabu Arjunawijaya atau Prabu Arjunasasra dengan permaisuri Dewi Citrawati. Dewi Sumitra berwajah sangat cantik. Ia memilki sifat dan perwatakan; setia, murah hati,baik budi, sabar, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan sangat berbakti.

Aksayakumara

Dalam bahasa Sansekerta, nama Aksayakumara secara harfiah berarti “putera raja yang abadi”.

Dan inilah cerita dari pewayangan di Indonesia  :

KNS Lampahan Menjelang dan Jalannya Baratayudha


Drupada Duta

Masa pembuangan Pandawa segera berakhir. Masa 12 tahun terbuang di tengah hutan dan kemudian 1 tahun menyamar telah dilalui dengan baik meskipun kenelangsaan dan kepahitanlah yang selalu diterima.
Bahkan masa 1 tahun menyamar yang dilakukan Pandawa di negri Wiratha nyaris membuka kedok Pandawa pada peristiwa penyerangan Kurawa dibantu Prabu Susarma ke negri Wiratha.
Pandawa mengirimkan ibunya Kunthi dan kemudian Prabu Drupada untuk mengambil hak atas Indraprasta yang tergadai saat kalah main dadu (lakon Pandawa Dadu).

KARNO DUTA

Prabu Duryudana memanggil Prabu Baladewa untuk dimintakan wawasan terkait dengan keinginannya untuk menghindarkan perang Baratayudha. Prabu Baladewa memberikan pandangan bahwa sumber permasalahan adalah pada hak sebagian negara Astina. Perang akan gagal bila Prabu Duryudana menyerahkan hak atas sebagian negri Astina kepada Pandawa.
Namun Prabu Duryudana keukeuh atas pendiriannya untuk meminta cara selain itu. Bagaimana cara lainnya selain menyerahkan sebagian negri Astina atau dengan kata lain cara lain untuk membatalkan perang Baratayudha tanpa membicarakan masalah hak tanah Astina. Terjadi perdebatan yang sengit antara para Kurawa, Karna, Sengkuni, Dorna dan Baladewa yang tidak memperoleh titik temu karena kerasnya pendirian pihak Kurawa.
Kemudian Karna menawarkan diri untuk memberikan solusi yaitu dengan pura-pura akan memboyong ibundanya yaitu Dewi Kunthi untuk dimulyakan di negri Astina dengan harapan Pandawa tidak akan menuntut haknya lagi.

Kresna Gugah

Prabu Kresna adalah sosok kunci dalam memenangkan perang Baratayudha. Begitu keyakinan dari Kurawa. Sehingga dengan memohon bantuan Prabu Baladewa, raja Mandura kakak Kresna, kemudian para Kurawa beserta rombongan besarnya, Patih Sakuni, Prabu Karna, Pandita Dorna, menuju bale kambang tempat Prabu Kresna tengah mengasingkan diri untuk mengheningkan cipta mohon petunjuk Dewata.
Dengan berbagai cara, baik secara halus maupun dengan kasar mereka mencoba membangunkan Kresna. Namun tidak bisa sehingga menimbulkan kemarahan Kurawa.
Disaat lain, Pandawa-pun mengunjungi tempat yang sama. Namun dengan sikap yang berbeda mereka berusaha membangunkan Kresna. Bagaimana jalan ceritanya ?

Kresna Duta

Kresna Duta (Singo Barong)

Kisah terkenal ini dibawakan KNS dengan indahnya.
Pandawa masih berniat baik dan mengunggulkan persaudaraan sebagai sikap untuk menghindarkan perang saudara. Meskipun dewi Kunthi dan Prabu Drupada telah gagal sebagai duta untuk membicarakan masalah hak atas tanah Astina dengan membawa kepedihan atas penghinaan dari pihak Kurawa, namun Pandawa tetap berbesar hati untuk mengupayakan kembali kerukunan antar saudara.
Maka kemudian di utuslah Prabu Kresna sebagai duta yang akan menyelesaikan masalah ini.

Abimanyu Gugur

Perang Baratayudha memang sungguh kejam. Putra-putra terbaik dari pihak Pandawa dan Kurawa serta pendukungnya, banyak berguguran.
Dari puluhan, ratusan mungkin ribuan prajurit, terdapat satu satria pinilih dari Pandawa yang kemudian dijadikan sebagai Panglima Perang yaitu Abimanyu, putra Arjuna bersama Wara Sumbadra.
Satria gagah perkasa dengan kesaktian luar biasa namun akhirnya gugur secara tragis. Kisah gugurnya dapat dibaca dari tulisan MasPatikrajaDewaku
Versi lain dari lakon yang dipagelarkan oleh KNS dapat dinikmati disini

Suluhan Gatotkaca Gugur

Kembali putra Pandawa pinunjul gugur. Gatotkaca, satria Pringgondani, putra Bima bersama Arimbi, yang menjadi Senapati pihak Pandawa menemui ajal di tangan Prabu Karna, pamamnya sendiri.
Perang sudah tidak pesuli lagi akan pertalian darah dan persaudaraan. Penuh haru, bertebar pilu dengan kematian Gatotkaca. Silahkan nikmati alur cerita gugurnya Sang Pahlawan disini.

Karno Tanding

Karno Tanding (Singo Barong)

Sama-sama tampan, sama-sama sakti dan sama-sama putra Dewi Kunthi, itulah sosok Karna dan Arjuna. Namun sungguh menyesakan, keduanya harus saling berhadapan sebagai musuh dalam Baratayudha.
Penuh adegan kepahlawanan, nilai kemanusiaan, jiwa satria utama dan lara hati seorang Kunthi yang menyaksikan kedua anaknya berhadapan tuk saling bunuh dalam keharusan.

Salya Suyudana Gugur

Episode akhir perang Baratayudha.
Duryudana telah kehilangan banyak andalannya. Bisma, Jayadrata, Durna, Karna telah tewas digilas perang.
Andalan yang dipunyai tinggal menyisakan mertuanya yaitu Prabu Salya. Namun suasana justru diperkeruh dengan kecurigaan yang diletupkan oleh Aswatama terkait dengan kematian Karna yang menurutnya adalah sebab kelicikan Prabu Salya. Silahkan dialog dan ceritanya oleh MasPatikrajadewaku di sini.
Hingga kemudian Prabu Salya menjadi Senapati dengan tidak sepenuh hati. Tentu tidak lepas dipikirkan keponakannya, anak Pandu bersama Madrim adiknya, Nakula Sadewa.
Begitupun Duryudana. Setelah menjadi satu-satunya yang tersisa maka dia harus menebus semua perbuatan yang telah dilakukan atas adik-adiknya para Pandawa.

Parikesit Lahir

Akhir perang Baratayudha adalah kepedihan. Meskipun Pandawa memenangkan perang tersebut atas Kurawa, namun yang tersisa adalah kesedihan. Tak terhitung berapa ribu jiwa yang menjadi korban atas perang ini.
Dan itupun belum berakhir. Akibat sifat licik dan dendam Aswatama, para ibu dan anak-anak serta yang tidak ikut dalam perangpun ikut menjadi korban. Keturunan Pandawa menyisakan Parikesit, putra Abimanyu bersama Utari.


Mau tahu tokoh dan cerita pewayangan lainnya? kunjungi situs web www.wayangprabu.com dan www.wayang.wordpress.com
semoga bermanfaat, dan semakin tumbuh rasa nasionalisme anda,,,,
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar